written on August 16, 2020
remuk redam
porak poranda
rasa itu kembali menemuiku
perasaan bergemuruh lalu bergelora
merengkuh sedikit demi sedikit
initisari terdalam dari hatiku
mempertanyakan lalu memikirkan
seperti apa gerangan hari-hari
esok yag akan kuhadapi
mimpi-mimpi ku seperti terlepas
berganti dengan kelam akan
kenyataan yang menakutkan
memandang langit
yang dulu kulihat berwarna
biru emas kuning
bercampur aduk di atas gemerlapnya kota
kni seolah menjadi hitam layaknya tinta
tanap sedikitpun tanda-tanda
mengarah ke perubahan
idealisme ku yang kupikir telah menghilang
karena besarnya rasa percaya ku pada realita
ternyata ia masih berada di sana
memanggil-manggil lalu maraung-raung
meminta belas kasih agar aku membebaskannya
dari penjara kegelapan
“bisakah kehidupan lebih ringan jalannya?” tanyaku gemetar,
menahan tangis seolah aku takluk olehnya
tapi pertanyaan itu terus bergulir hari demi hari
menanti jawaban yang masih bersembunyi entah dimana